Tema : Berwasiat Sebelum Mati
Penerbit: Ma’had al-Manshuroh
Tebal: 124 halaman
Fisik: 15 cm x 23 cm, uv, soft cover
Harga: Rp 12.000 (Jawa) Rp.14.000 (Luar Jawa)
UNTUK KALANGAN SENDIRI
Sinopsis Majalah Fiqih Islami Fawaid Edisi 04 vol.01/Rabi’ul Awwal – Rabi’uts Tsani 1435H/ Februari – Maret 2014
Salam PengantarJamaah Tahdzir, Siapa Takut?
Umumnya orang yang belum paham akan berkata, Kenapa Salafy senangnya mengungkit-ungkit kesalahan orang lain? Bukannya umat tambah berukhuwah, sebaliknya malam berpecah-belah!
Ungkapan-ungkapan semacam ini rasanya sudah terlalu sering kita dengar. Sekali lagi, biasanya pengucapnya adalah orang-orang yang belum paham apa yang mendasari Salafiyyin banyak melakukan bantahan, sering mengungkap kesalahan seseorang atau kelompok, memperingatkan umat agar berhati-hati dari tokoh tertentu, dan seterusnya.
Namun, seiring erjalanya waktu, orang-orang yang semestinya tahu bahwa permasalahan ini termasuk bagia dari agama, justru ikut menyemarakan tuduhan-tuduhan dusta kepada Salafiyyin dengan menyematkan berbagai gelar seperti tukang fitnah, tukang mengadu domba, tukang ghibah, hingga muncul di kalangan mereka istilah jamaah tahdzir.
Salahkah menyingkap kesalahan seseorang atau kelompok agar umat tahu keadaan mereka? Tentu saja tidak. Ini adalah bagian dari amar ma’ruf nahi munkar dan juga nasehat bagi umat.
Kita tentu tahu, berbagai bentuk kesesatan menyebar di tengah umat. Mulai dari kesesatan yang paling besar dan demikian nyata hingga kesesatan yang sangat samar dan sulit dikenali kecuali oleh orang yang ahli, yaitu para ulama. Ketika para ulama mentahdzir umat dari kesesatan Ahmadiyah misalnya, bisa dikata tak ada yang mepermasalahkan. Mengapa? Karena kesalahan mereka sanagt nyata dan mudah diketahui, bahkan oeh orang awam sekalipun. Sehingga umat pun memaklumi dan setuju bila mereka diseru untuk menjauhi Ahmadiyyah.
Namun ketika ada tokoh yang dianggap telah berjuang untuk Islam dan menghabiskan umurnya untuk Islam ditahdzir oleh para ulama, merebaklah suara-suara menentang. Mengapa? Karena kesalahanyang ada pada tokoh tersebut sangat samar, sehingga orang yang tidak tahu akan marah dengan tahdzir tersebut.
Ketika kita mendengar ada seorang tokoh yang ditahdzir oleh ulama, sikap yang insyaAllah lebih selamat adalah mencari tahu, mengapa orang itu ditahdzir? Apa salah dia?
Para ulama menjelaskan, tahdzir terhadap berbagai penyimpangan beserta tokohnya adalah salah satu bentuk dari upaya menjaga agama. Karena itu, Salafiyyin akan selalu menjalankan prinsip ini, walaupun mayoritas manusia membencinya. Ia akan senantiasa dijadikan sebagai benteng umat, meski untuk itu berbagai gelar buruk akan disandangkan kepada Salafiyyin, termasuk digelari sebagai jamaah tahdzir. Sekali-kali kami tidak takut dengan berbagai julukan buruk karena itu semua tidak akan memudhorotkan kami, insya allah Ta’ala.
Pembaca yang kami hormati, memasuki edisi 04 ini Fawaid menghadirkan sebuah rubrik baru yang kami beri nama Membela Manhaj Salaf, diasuh oleh Ustadz Muhammad Afifuddin Hafidzahullah. Rubrik ini akan menjadi sarana untuk menjelaskan prinsip-prinsip manhaj salaf yang akhir-akhir ini banyak diserang dan digembosi oleh para hizbiyyun dan musuh dakwah lainya.
Terakhir kami sampaikan rasa sukur kepada allah Ta’ala karena sejak edisi 03 Fawaid telah memiliki susunan pengurus yang lebih lengkap dan lebih memadai untuk keberlangsungan majalah kita ini. Diantaranya Fawaid sudah memiliki penasehat yaitu Ustadz Muhammad Umar As-Sewed dan Ustadz Muhammad Afifuddin. Kemudian kami juga berhasil “merayu” (dan agak memaksa) Ustadz Saiful Bahri untuk bersedia menjadi Pemimpin Redaksi.
Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar