Kamis, 08 Mei 2014

Sejarah Muhammadiyah Bagian ke-3 Meliberalkan Muhammadiyah

Sejarah Muhammadiyah Bagian ke-3 Meliberalkan Muhammadiyah
Judul : Sejarah Muhammadiyah Bagian ke-3 Meliberalkan Muhammadiyah
Penulis: Abu Mujahid
Penerbit : Toobagus Publishing
Ukuran : 17 cm x 25 cm, soft cover, 200 hal, uv, shrink
Harga : Rp 75.000
Harga di sini: Rp. 60.000
Disc: 20 %

Sinopsis Buku Sejarah Muhammadiyah Bagian ke-3 Meliberalkan Muhammadiyah


Pada satu masa, Muhammadiyah pernah bangga bahwa salah seorang tokoh mereka pernah mentas di tingkat nasional, memegang peran yang tidak kecil dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada 1990-an, kebanggaan seperti itu kembali meruap, ketika mereka bersama-sama menyaksikan apa yang dilakukan oleh Amien Rais terhadap pemerintahan Orde Baru. Ketika orang-orang ramai tiarap, menghindar dari represi Presiden Soeharto, Amien Rais berdiri menggelindingkan ide suksesi kepemimpinan nasional. Banyak wartawan waktu itu yang sepakat bahwa “urat ketakutan”Amien Rais telah putus.

Publik kemudian melihat Presiden Soeharto jatuh pada Mei 1998. Sebagian warga Muhammadiyah percaya, jatuhnya Soeharto adalah akibat bola yang dilemparkan Amien Rais ke tengah rakyat Indonesia. Buat Muhammadiyah, dan sebagian yang lain, Amien Rais, Ketua PR Muhammadiyah waktu itu, adalah Bapak Reformasi. Akan tetapi, mereka yang percaya dengan fakta-fakta sejarah mesti akan sepakat bahwa Muhammadiyah adalah ormas Islam yang tak pernah becus dalam berpolitik di Indonesia. Setelah pernah membesarkan Masyumi pada tahun-tahun pertama kemerdekaan dulu, Muhammadiyah sempat ingin bereksperimen dengan Partai Muslimin Indonesia atawa Parmusi. Ekseperimen itu gagal. Tokoh-tokoh Muhammadiyah kembali fokus membenahi diri dan ormas mereka, sampai kemudian datang reformasi. Kali ini, mereka berusaha berpoiitik lewat PAN dan Amien Rais mereka.

Bagian terakhir buku sejarah tentang perjalanan Muhammadiyah di tingkat nasional ini berusaha menyajikan sejumlah fragmen sejarah politik tokoh-tokoh Muhammadiyah. Dan barangkali kita akan sepakat: yang seperti mereka akan terus lahir dari tengah Muhammadiyah, mengisi gelanggang politik negara kita tanpa meiepaskan Ikatan emosionai mereka dari Muhammadiyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar