|
Sinopsis:
Halo, perkenalkan nama gue Arya Novrianus dan gue benci nama sendiri. Kenapa? Karena di nama itu... ada ‘ANUS’-nya. Jadi nih, kalo ketemu temen-temen dan mereka nyapa, "Nus, muka lo dekil banget? Belum cebok lo!?" Atau, misal gue kenalan sama orang, mereka selalu salaman pake tangan kiri. Katanya, "megang anus harus pake tangan kiri." Dalam sedih gue pernah ngadu ke Nyokap. "Mah, kok nama aku ada ‘Anus’-nya, sih?" “Iya soalnya kamu lahirnya di jamban." “….”
***
Kehidupan Anus tidak berjalan mulus. Mulai dari disangka cabe-cabean ketika ditilang polisi, dikerjain teman sampai petasan meledak di saku celana, bahkan ditinggal cewek cuma gara-gara nama. Mungkin takut dikira jalan sama pantat. Nama “Anus” seolah membawa sial, tapi dia mempunyai cita-cita; menjadi seperti Ibu Kartini, yang harum namanya. Berhasilkah dia menjadi seorang Ibu Kar—eh, mengharumkan namanya? Baca aja Tetanus; Catetan harian Arya Novrianus.
"Buku ini menunjukkan betapa keluarga disfungsional bisa menjadi potret realita terlucu. Keberanian Arya jujur membebaskan kita untuk ngakak." --- Pandji, Stand up Comedian
"Beda dari buku sebelumnya, di buku kali ini, Anus sukses menulis komedi yang melibatkan perasaan dan emosi. Gue jadi gagal move on, kan! Sukses buku Tetanus." -- Alitt Susanto, Penulis
"Segala bentuk lawakan yang Arya selipkan di setiap paragraf hanyalah bumbu pemanis. Arya siap menghancurkan hati kita semua di bab 9, sekaligus mengajak kita belajar untuk mencintai apa yang kita miliki saat ini, lewat komedinya" -- Kamga, Penyanyi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar