Sabtu, 10 Oktober 2015

Resensi Buku: Perempuan Bernama Arjuna 1-3


Judul Resensi Buku:
Tiga Novel Remy Sylado: Perempuan Bernama Arjuna

(Resensi Buku: Perempuan Bernama Arjuna 1-3) -- APAKAH Anda termasuk orang yang menunggu karya fiksi bermutu? Jika itu pertanyaannya, maka yang ditunggu telah tiba. Sekali lagi, Remy Sylado, menulis novel bermutu yang diberi judul Perempuan Bernama Arjuna, sebuah trilogi.

Penulis novel ini dalam berkarya sering mencantumkan nama-nama yang malah kemudian lebih beken dari nama aslinya, seperti Alif Danya Munsyi. Selain itu juga, punya nama lain seperti Juliana C Panda, Dova Zila, dan Jubal Anak Perang Imanuel. Dalam novel ini sang penulis menggunakan nama Remy Sylado. Sang penulis yang lahir di Makassar, 12 Juli 1945 ini dikenal luas sebagai seniman tulen yang hidupnya penuh pengalaman berkesenian dalam berbagai kegiatan, baik itu drama, film, musik, puisi, juga susastra. Dan, Anda bisa baca-baca hasil karya Remy Sylado yang lain di blog Best-seller Books ini.

Membaca resensi yang ditulis Suro Prapanca di blog ini, Anda akan peroleh info mengenai buku-buku bergizi sehingga menjadi best-seller, seperti halnya novel karya Remy ini. Novel pertama bertema “Filsafat dalam Fiksi”, novel kedua masih berjudul Perempuan Bernama Arjuna dan menyajikan tema yang berbeda, yaitu “Sinologi dalam Fiksi”, dan novel ketiga Perempuan Bernama Arjuna yang menyajikan tema “Javanologi dalam Fiksi”.

Novel pertama, Perempuan Bernama Arjuna, dengan tebal 276 halaman yang diterbitkan oleh Penerbit Nuansa Cendekia ini berkisah tentang seorang perempuan bernama Arjuna, keturunan Cina Jawa, yang ngotot memilih belajar filsafat untuk memahami “perilaku” Tuhan ketimbang ilmu psikologi—yang menyoroti perilaku manusia. Terdapat ulasan lebih 150 sosok filsuf dunia, dan puluhan sosok di luar kategori filsuf. Seperti, Plato, Aristoteles, Zeno, Anaxagoras, Parmenides, Diogenes, Pythagoras, Nietzsche, Darwin, Wittgenstein, Spinoza, Nero, Schopenhauer, Kant, Kierkegaard, Hegel, Marx,Feuerbach, Aquinas, Al-Ghazali, Galileo, Kepler, Descartes, Rousseau, Diderot, Bacon, Tillich, Konghucu, Hobbes, Barth, Sartre, Zebedeus, Erigena, Luther, Heidegger, Hussrel, Shakespeare, Seneca, Goethe, Xenophanes, Popper, dan lain sebagainya.

Jika target pembacaan literatur fiksi tujuannya untuk mendapatkan “kenikmatan”, maka yang paling terasa dari novel ini adalah “sensasi ilmiah” dari tiga hal, yakni kisah-kisah kehidupan para filsuf, latar belakang lahirnya metode pemikiran, dan makna dari substansi ajaran/paham/aliran pemikiran. Sekalipun isinya berupa kajian filsafat, buku ini asyik dibaca karena di dalamnya juga memuat laku hidup keseharian, dan yang tak kalah menaiknya ialah potret gaya hidup seksualitas kaum hawa dan adam dari sudut pandang biologi evolusioner. Nilai-nilai falsafah dan kesusastraan di dalamnya patut diacungi jempol. Anda terus bersemangat membaca sampai akhir dari kisah yang tokoh yang bernama tidak lazim ini. Lalu, bagaimana akhir petualangan Arjuna yang ternyata perempuan itu? Sekali lagi, bukan bacaan ringan ini, amat disayangkan apabila hanya Anda baca sekilas.

Novel kedua, Perempuan Bernama Arjuna 2, dengan tebal 312 halaman ini melanjutkan kisah Arjuna, perempuan muda, bersama suaminya, Jean-Claudie van Damme, Pastor Jesuit yang “insyaf” itu, akhirnya berbulan madu di Bandung, kota yang sejak zaman Belanda punya istilah “Bandoeng is goed voor pas getrowde paar” (Bandung cocok untuk pengantin baru). Berdua mereka menelusuri keragaman masa kini, mengaca pada masa silam, kemudian mengangkut sejumlah pelajaran kehidupan Sunda, Cina, Belanda, Jawa, Manado, Batak, dan etnik-etnik lain. Dan sinologi (pengetahuan bahasa dan budaya Cina), dalam novel ini mendapatkan porsi dominan karena ilmu-ilmu Cina memang sudah lama masuk ke bumi Nusantara. Di Jawa Barat, pemakaian istilah Ci, seperti Cicadas, Ciroyom, Cimahi, Cilaki, Cihampelas, menjadi petunjuk sejarah yang jelas.

Terdapat banyak pengetahuan dan budaya Cina yang tersebar di setiap halaman novel ini. Tapi jangan berkerut kening dulu, karena ulasannya akan segera Anda temui di catatan-catatan kaki di lembar demi lembar karya fiksi ini yang akan menuntun pemahaman Anda, sang pembaca. Novel ini sangat baik untuk menambah vitamin pemikiran sejarah dan merangsang gairah pengetahuan budaya nasional. Isinya seputar potret kehidupan “Parijs van Java”, yang menukik pada masalah “prasangka rasial”, “pri-nonpri”, “engkoh-encik”, “pembauran”, “masakan Cina”, “Muslim Cina”, “musik Cina”, “obat Cina”, hingga seputar “nyetun”, “purenva di Saritem,” yang pokoknya terasa “edun suradun”,….

Lalu, bagaimana cerita perjalanan pengantin baru ini ke “Bandoeng is goed voor pas getrowde paar”? Bagaimana pembauran Arjuna (keturunan Jawa-Cina) dan Jean-Claudie van Damme (Barat tulen)? Sayang, Anda tak akan mendapatkan porsi sinologi, apabila tak membaca novelnya.

Novel ketiga, Perempuan Bernama Arjuna, dengan tebal 308 halaman (hampir sama tebal dengan sekuel sebelum-sebelumnya) ini melanjutkan kisah Arjuna bersama Jean-Claudie van Damme ke tanah leluhur Ibunya yang berasal dari Semarang, Jawa Tengah, dan tanah leluhur Bapaknya yang Cina di Solo, Jawa Tengah. Dalam perjalanan inilah, kedua pasangan yang perbedaan umur sangat jauh ini, seolah membawa pembaca mengulas pemikiran, sejarah, dan tamadun bangsa Jawa.

Berdua mereka menelusuri keragaman masa kini, mengaca pada masa silam, kemudian mengangkut sejumlah pelajaran kehidupan meliputi falsafah, mitologi, ramalan, seni-budaya, budi-pekerti, ke-Hindhua-an, ke-Buddha-an, ke-Kristen-an, ke-Islam-an, nyanyian, kesusastraan, kuliner, traveling, Kamasutra Hindhu. Ingat ya, karena wacana seksualitas cukup mendominasi, maka memang buku ini hanya layak dibaca untuk kalangan dewasa. Terdapat banyak pengetahuan dan budaya Jawa yang tersebar di setiap halaman novel ini. Tapi jangan berkerut kening dulu, karena ulasannya akan segera Anda temui di catatan-catatan kaki di lembar demi lembar karya fiksi ini yang akan menuntun pemahaman Anda, sang pembaca. Isinya seputar potret kehidupan sisi historis peradaban Mataram di era Sultan Agung. Ulasan Jawa di masa silam yang pernah mengalami era keemasan dengan prestasi gemilang mewujudkan peradaban Islam—sebuah prestasi yang patut diketahui generasi masa kini.

Lalu, bagaimana cerita perjalanan pengantin baru ini ke pusat peradaban Jawa? Bagaimana keharmonisan rumah tangga setelah sekian lama, pasangan Arjuna (keturunan Jawa-Cina) dan Jean-Claudie van Damme (Barat tulen)? Anda akan mendapatkan rekam jejak pemikiran, sejarah, dan tamadun bangsa Jawa melalui novel yang terasa renyah saat mengunyah pengetahuan yang penuh ilmiah ini. Selamat membaca! Resensi buku ini juga dimuat di harian umum Inilah Koran.

Judul: Perempuan Bernama Arjuna #1-3
ISBN: 978-602-8395-80-9; 978-602-7768-61-1; 978-602-350-006-2.
Penulis: Remy Sylado
Penerbit: Nuansa Cendekia
Cetakan: November 2013; Oktober 2014; April 2015
Jenis Cover: Soft Cover
Dimensi: 14 x 20 cm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar